Salah satu kesalahpahaman yang sering muncul adalah bahwa teori evolusi, terutama pandangan Charles Darwin, mengajarkan bahwa manusia berasal dari monyet. Namun, ini adalah interpretasi yang keliru. Darwin sendiri tidak pernah menyatakan bahwa manusia berasal dari monyet; melainkan, ia mengusulkan bahwa manusia dan monyet memiliki nenek moyang bersama yang sudah punah. Gambar “march of progress” yang sering digunakan untuk menggambarkan evolusi manusia bukanlah karya Darwin dan tidak dimaksudkan untuk menunjukkan proses evolusi dari monyet menjadi manusia.
Seiring waktu, teori evolusi telah disalahartikan dan seringkali menjadi kontroversi, terutama di kalangan orang-orang yang merasa bahwa teori ini bertentangan dengan ajaran agama. Misalnya, beberapa orang menganggap bahwa menerima teori evolusi berarti menolak ajaran agama mereka. Namun, banyak ilmuwan Muslim, seperti Ali Akbar, berargumen bahwa Nabi Adam bisa dianggap sebagai Homo sapiens sapiens pertama, bukan manusia purba. Pandangan ini menyatakan bahwa perbedaan anatomi dan budaya antara manusia purba dan manusia modern menunjukkan bahwa Nabi Adam adalah contoh awal dari Homo sapiens sapiens yang sudah sempurna.
Selanjutnya, ada juga pandangan dari Adnan Ibrahim yang mendukung teori evolusi secara umum tetapi memiliki pandangan berbeda tentang mutasi genetis. Menurut Ibrahim, mutasi genetis tidak terjadi secara acak tetapi merupakan bagian dari kehendak Tuhan. Ia berpendapat bahwa penciptaan dan evolusi adalah proses yang sistematis dan gradual, bukan sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba. Ibrahim juga mengaitkan pandangannya dengan penjelasan Al-Qur’an tentang penciptaan dan proses alam semesta.
Akhirnya, penting untuk memahami bahwa teori evolusi dan ajaran agama tidak harus saling bertentangan. Proses evolusi, sebagaimana dipahami dalam sains, mencakup variasi dan adaptasi makhluk hidup sesuai dengan lingkungan mereka. Hal ini sejalan dengan pemahaman bahwa kehidupan manusia, termasuk perbedaan ras dan budaya, muncul melalui proses panjang dan beragam. Oleh karena itu, memahami teori evolusi tidak perlu mengesampingkan keyakinan agama, melainkan dapat dilihat sebagai penjelasan ilmiah yang melengkapi pemahaman spiritual tentang penciptaan.