Pada masa lalu, Afghanistan adalah pusat komunitas Buddha yang signifikan, terutama di wilayah Bamian. Kota Bamian, terletak di lembah dengan ketinggian lebih dari 2.500 meter di atas permukaan laut, menjadi terkenal karena dua arca Buddha raksasa yang dipahat di tebing batu sekitar abad ke-5 Masehi. Arca-arca ini masing-masing memiliki tinggi sekitar 40 hingga 50 meter, hampir setengah tinggi Monas di Jakarta, dan dihiasi dengan emas serta batu mulia. Situs ini adalah bagian dari jalur sutra yang menghubungkan Cina, India, Timur Tengah, dan Eropa, menjadikannya pusat perdagangan dan keagamaan yang penting bagi umat Buddha.
Namun, pada awal 2000-an, arca-arca Buddha Bamian mengalami kerusakan parah akibat tindakan Taliban. Pada tahun 2001, pemerintah Taliban, yang menganggap arca-arca tersebut sebagai simbol kekafiran, memutuskan untuk menghancurkan semua arca Buddha di Afghanistan. Mereka menggunakan artileri dan ranjau untuk meruntuhkan arca-arca ini, meskipun sebelumnya ada usulan dari beberapa pemimpin Taliban untuk mempertahankan situs tersebut sebagai daya tarik pariwisata.
Penghancuran ini memicu kecaman internasional dan upaya penyelamatan. Banyak negara, termasuk Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Pakistan, India, dan Jepang, menawarkan bantuan untuk memindahkan artefak yang bisa diselamatkan. Meskipun demikian, Taliban tetap melanjutkan penghancuran dan mengeluarkan pernyataan bahwa umat Islam harus bangga karena mereka telah menghancurkan berhala. Kejadian ini menjadi sorotan dunia dan menunjukkan pergeseran dalam kebijakan Taliban terhadap warisan budaya.
Kini, meski arca-arca tersebut sudah hancur, beberapa sisa-sisa dan ciri khas dari arca tersebut masih dapat dikenali. Pada tahun 2011, UNESCO mengeluarkan rekomendasi untuk pengamanan dan restorasi situs Bamian, termasuk membuat monumen penghancuran sebagai pengingat dan membangun museum untuk melestarikan artefak. Seiring dengan itu, Taliban yang kini berusaha memperbaiki citra mereka juga menunjukkan minat dalam menjaga situs-situs bersejarah di Afghanistan, termasuk sisa-sisa arca Buddha yang telah hancur, meskipun perbaikan masih menghadapi tantangan dan kritik.